Pemetaan Potensi Budidaya Rumput Laut Sebagai Kekuatan Ekonomi Di Wilayah Pesisir Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara

Syahrul, Syahrul (2021) Pemetaan Potensi Budidaya Rumput Laut Sebagai Kekuatan Ekonomi Di Wilayah Pesisir Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Project Report. LPPM IAIN Kendari, Kendari.

[img] Text
pemetaan-potensi-budidaya-rumput-laut.html - Published Version

Download (46kB)

Abstract

Rumput laut merupakan salah satu andalan penopang ekonomi masyarakat pesisir Sulawesi Tenggara. Catatan DJPB menunjukkan bahwa pada 2013 produksi rumput laut di Sulawesi Tenggara mencapai 917.363 ton, dimana dengan hasil ini menempatkan provinsi ini pada peringkat ke-4 nasional. Jumlah ini meningkat pada 2014 dengan produksi sebesar 948.448 ton dan mengalami penurunan pada 2015 dengan produksi sebesar 865.320 ton (Nuryadi, Hartati, & Musa, 2019). Memerhatikan catatan BPS pada 2020, produksi rumput laut Sulawesi Tenggara mengalami penurunan signifikan pada 2019 dengan hanya memproduksi sebesar 492.495 ton (Asnani, et al., 2021). Dengan demikian, data ini menunjukkan belum stabilnya produksi rumput laut di Sulawesi Tenggara, yang juga berdampak pada ketidakstabilan penghasilan petani rumput laut. Catatan di atas merekomendasikan perlunya perluasan domain pengelolaan rumput laut yang tidak hanya fokus pada aspek produksi, tetapi harus merambah dunia industri. Interkoneksi antara petani rumput laut dengan dunia industri (maupun sektor lainnya seperti pariwisata, kesehatan), penting menjadi pertimbangan dalam rangka menjaga keberlanjutan budidaya rumput laut. Bagi masyarakat pesisir, bertani rumput laut mestinya dapat menjadi pilar perekonomian mereka, di samping sebagai nelayan. Memaksimalkan kedua aspek tersebut (nelayan dan bertani rumput laut) diharapkan dapat memajukan kesejahteraan masyarakat pesisir. Faktanya bahwa indikator kesejahteraan petani yang terlihat dalam Nilai Tukar Petani (NTP) masih berkutat pada wilayah pengeluaran biaya produksi dan belum dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rutin keluarga petani rumput laut (Riani, Patadjai, & Bafadal, 2015). Upaya-Upaya pemberdayaan ekonomi bagi petani rumput laut telah dilakukan yaitu melalui sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan tentang pemeliharaan dan pengolahan rumput laut menjadi produk bernilai ekonomis tinggi. Kegiatan ini juga bermaksud meningkatkan kreatifitas dan menghasilkan inovasi dari bahan pokok rumput laut. Salah satunya dilaksanakan di Desa Langkomu, Buton Tengah, dimana masyarakat dilatih mengolah rumput laut menjadi berbagai kudapan seperti: es sarang rumput laut, keripik rumput laut, kerupuk rumput laut, dan brownies rumput laut (Sujana, Zarliani, & Hastuti, 2020). Tidak hanya Buton Tengah, Kabupaten Konawe Selatan juga menggalakkan kegiatan kemitraan masyarakat melalui unit usaha petani rumput laut UMKM Kumbang Laut dan Sinar Laut di Desa Bungi Permai, Tinanggea. Kegiatan ini didasarkan pada keterbatasan pengenalan teknologi dan kemampuan manajemen usaha yang berdampak pada rendahnya margin kontribusi dan nilai tambah. Kelompok yang masing-masing beranggotakan 10 orang tersebut memproduksi es krim dan nugget pisang rumput laut, yang akhirnya meningkatkan margin kontribusi dan nilai tambah (Fausayana, Rosmawaty, & Akhyar, 2019). Upaya diversifikasi olahan rumput laut tentu akan terus berkembang seiring dengan kemampuan masyarakat dalam mengeksplorasi potensi ekonomisnya. Meskipun demikian, memastikan ketersediaan bahan baku rumput laut adalah sebuah keharusan, yang secara bersamaan terjamin kualitasnya. Ketersediaan bahan baku rumput laut sangat bergantung pada kondisi petaninya, salah satunya pada aspek kompetensi atau penguasaan teknik budidaya dan pertanian. Selain itu adalah masalah lingkungan, baik itu keluarga maupun masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, Bato dkk melakukan penelusuran pada petani rumput laut di Kecamatan Lembo Kabupaten Konawe yang memeroleh temuan :1) mayoritas petani berusia tua, berpendidikan sedang (setingkat SMA), tanggungan keluarga banyak, motivasi sedang, konsumsi media rendah, cukup melakukan kontak dengan penyuluh, pengambilan keputusan didominasi oleh istri ataupun suami, akses kredit tinggi, pendapatan sedang, dan produksi rumput laut cukup. 2) kompetensi petani rumput laut mencakup: pemilihan bibit, panen, penanaman, penanganan pasca panen, memasarkan hasil, dan persiapan lahan (Batoa, Jahi, & Susanto, 2008). Secara kualitas, rumput laut dapat lihat pada tingginya kandungan keragenan, dimana keragenan merupakan parameter penentu kualitas rumput laut (Ridwan, Tantu, & Zainuddin, 2019). Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan keragenan rumput laut adalah dengan budidaya keranjang jaring (Failu, Supriyono, & Suseno, 2016). Untuk peningkatan produktifitas, petani rumput laut menggunakan metode budidaya apung atau tali panjang (long line) (Asaf, Makmur, & Suhaemi, 2014). Perkembangan berbagai metode budidaya rumput laut sebagaimana ditemukan di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara, faktanya berlangsung secara tidak merata. Salah satunya pada petani rumput laut di Kabupaten Bombana yang melakukan pengelolaan rumput dengan mengandalkan tradisi warisan leluhur. Sifatu dan Sulandjari melalui catatan antropologis membuat catatan tentang perilaku petani rumput laut dalam menghadapi perubahan iklim di Desa Laea Boasing, “bahwa habitus petani rumput laut terbentuk dari hasil pengalaman berinteraksi dengan keadaan lahan pertaniannya. Pengetahuan mengenai iklim hanya bersumber dari warisan leluhur dan pengalaman berinteraksi dengan alam sekitar. Sumber pengetahuan menjadi kekuasaannya masing-masing. Petani yang lahannya hanya di wilayah muara sungai atau hanya memiliki lahan yang letaknya jauh dari muara sungai sangat rentan terhadap masalah meningkatnya dampak perubahan iklim. Dengan kearifan lokal, petani dapat mengatasi masalah iklim. Dampaknya, semakin menurun kepercayaan petani terhadap peran pemerintah. Tidak terdapat kesungguhan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani rumput laut, walaupun terdapat bantuan alat produksi dan menyediakan gudang penampungan hasil panen. Petani menjual hasil panen ke gudang bukan mendapatkan kesejahteraan melainkan penderitaan, karena selain petani tidak mendapatkan uang kontan, juga mutu produksinya masih rendah. Seharusnya, ilmuwan, penyuluh perikanan dan petani berkolaborasi dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani rumput laut demi mencapai tujuan UU yaitu, kesejahteraan petani” (Sifatu & Sulandjari, 2020). Penelitian berupaya membentangkan peta terkait beberapa dimensi dalam pengelolaan rumput oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Bombana, baik mengenai aspek teknis, dampak ekonomis, hingga persoalan kebijakan yang mengharuskan campur tangan pemerintah setempat.

Item Type: Monograph (Project Report)
Subjects: Karya Umum
Ekonomi
Depositing User: dsn syahrul marham
Date Deposited: 05 Jun 2021 00:14
Last Modified: 05 Jun 2021 00:19
URI: http://digilib.iainkendari.ac.id/id/eprint/3071

Actions (login required)

View Item View Item