KAJIAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAH YĀSIN, AL-RAḤMĀN, DAN AL-WĀQIAH VERSI KEMENAG RI DAN MUHAMMAD THALIB

Fahmi Gunawan, T111808003, F (2022) KAJIAN TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAH YĀSIN, AL-RAḤMĀN, DAN AL-WĀQIAH VERSI KEMENAG RI DAN MUHAMMAD THALIB. Doctoral thesis, UNIVRSITAS SEBELAS MARET.

[img] Text
PENDAHULUAN.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (710kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (879kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (3MB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (394kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (735kB)

Abstract

ABSTRAK Fahmi Gunawan, T111808003. Kajian Terjemahan Al-Qur’an Surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah versi Kemenag RI dan Muhammad Thalib. Disertasi Doktor. Promotor: Prof. Drs. M. R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. Ko-Promotor I: Dr. Hanifullah Syukri, M.Hum. Ko-Promotor II: Prof. Dr. Ibnu Burdah, M.A. Program Studi S3 Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kajian terjemahan Al-Qur’an surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah versi Kementerian Agama RI dan Muhammad Thalib. Tiga pertanyaan diajukan dalam penelitian ini, yaitu (1) teknik penerjemahan apa saja yang digunakan dalam menerjemahkan surah Yāsin, al�Raḥmān, dan al-Wāqiah, (2) metode dan ideologi penerjemahan apa saja yang digunakan dalam menerjemahkan surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah, dan (3) bagaimana dampak penggunaan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus produk terjemahan Al-Qur’an karya kedua versi tersebut. Data penelitian mencakup semua terjemahan ayat dalam surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah. Data-data dikaji dengan menggunakan konsep teknik penerjemahan Molina dan Albir (2002), metode penerjemahan Newmark (1998), ideologi penerjemahan Venuti (2004), dan kualitas terjemahan Nababan dkk (2012). Untuk memperoleh data, pengamatan dokumen dan diskusi kelompok terbatas dilakukan. Teknik analisis data menggunakan analisis konten kualitatif model Spradley yang dimodifikasi oleh Santosa (2017). Hasil penelitian ini melaporkan beberapa hal. Pertama, teknik penerjemahan yang digunakan oleh Tim Pentashih Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama (PKA) dan Muhammad Thalib (PMT) itu berbeda. Pada surah Yāsin, teknik penerjemahan PKA berjumlah delapan belas (18), sementara PMT berjumlah tiga belas (13). Teknik penerjemahan dominan yang digunakan oleh PKA adalah teknik penerjemahan kesepadanan lazim 64,92%, sementara PMT menggunakan teknik penerjemahan parafrase sebagai teknik penerjemahan dominan 27,13%. Pada surah al-Raḥmān, PKA menerapkan empat belas (14) teknik penerjemahan yang didominasi oleh teknik kesepadanan lazim 65,32%, sementara PMT menerapkan dua belas (12) teknik penerjemahan yang juga didominasi oleh teknik penerjemahan kesepadanan lazim 34,41%. Pada surah al-Wāqiah, teknik penerjemahan PKA berjumlah tiga belas (13), sementara teknik penerjemahan PMT berjumlah dua belas (12). Teknik kesepadanan lazim merupakan teknik penerjemahan dominan di dalam versi terjemahan PKA sekitar 64,53% dan PMT sekitar 45,07%. Kedua, metode penerjemahan yang diterapkan PKA dan PMT pada surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah cenderung berbeda. Pada surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah, PKA lebih cenderung menerapkan metode penerjemahan komunikatif-literal. Akibatnya, ideologi penerjemahannya berupa ideologi domestikasi-forenisasi. Sebaliknya, PMT menerapkan metode dan vii ideologi yang cenderung berbeda. Pada surah Yāsin dan al-Wāqiah, PMT cenderung dominan menerapkan metode komunikatif-setia, dan pada surah al�Raḥmān, metode komunikatif. Ketiga, penggunaan teknik penerjemahan yang dilakukan PKA dan PMT memengaruhi tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan. Pada surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah, penggunaan teknik literal PKA memengaruhi rerata tingkat keakuratan dan keberterimaan, sementara teknik peminjaman memengaruhi rerata tingkat keberterimaan dan keterbacaan teks. Sebaliknya, penggunaan teknik kreasi diskursif oleh PMT pada surah Yāsin, al-Raḥmān, dan al-Wāqiah memengaruhi rerata tingkat keakuratan teks, sementara teknik peminjaman memengaruhi rerata tingkat keberterimaan dan keterbacaan teks. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, pemilihan teknik dominan kesepadanan lazim pada surah Yāsin oleh PKA, dan parafrase oleh PMT disebabkan oleh dua motif. Motif pertama didasarkan pada prinsip dasar penerjemah dan motif kedua berkaitan dengan latar belakang para penerjemah. Fenomena ini mengimplikasikan bahwa penerjemahan lintas bahasa dapat dilakukan di dalam penerjemahan Al-Qur’an di dunia karena adanya perbedaan aspek sosial-budaya, politik, dan lingkungan hidup para penerjemah. Kedua, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode yang cenderung komunikatif-literal pada PKA dan komunikatif-setia pada PMT memperlihatkan hubungan erat antara teknik dan metode penerjemahan. Hubungan erat antara teknik dan metode penerjemahan ini secara tidak langsung membantah teori Al�Qattan, Al-Zahabi, dan Al-Zarqani yang menegaskan bahwa ‘tarjamah harfiyah dan tarjamah tafsiriyah’ yang tergolong metode penerjemahan itu berdiri sendiri dan tidak dipengaruhi oleh unsur lain. Fenomena ini mengimplikasikan bahwa metode penerjemahan yang diusung oleh pakar Ulumul Qur’an tidak dapat dijadikan pisau bedah dalam menganalisis teks Arab, apalagi teks Al-Qur’an. Ketiga, implikasi pedagogik penelitian ini merujuk pada perluasan kurikulum kajian penerjemahan yang tidak hanya mempersoalkan teori metode penerjemahan ‘harfiyah dan tafsiriyah’, tetapi juga teori metode penerjemahan lain. Keempat, hasil temuan ini mengimplikasikan bahwa kegiatan menerjemahkan bukan hanya persoalan alih bahasa, tetapi juga persoalan kompetensi dengan berbagai variasinya. Kata-Kata Kunci: Ideologi Penerjemahan; Kementerian Agama RI; Metode Penerjemahan; Muhammad Thalib; Teknik Penerjemahan; Terjemahan Al-Qur’an. viii ABSTRACT Fahmi Gunawan, T111808003. Exploring Quranic translation rendered by the translator teams of the ministry of religious affairs of Republic of Indonesia and Muhammad Thalib with special reference to surah Yāsin, al�Raḥmān, and al-Wāqiah. Doctoral Thesis. Supervisor: Prof. Drs. M. R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. Co-Supervisor I: Dr. Hanifullah Syukri, M.Hum. Co-Supervisor II: Prof. Dr. Ibnu Burdah, M.A. Doctoral Study Program of Linguistics, Faculty of Cultural Science, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. This present study aims to analyze Quranic translation of surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah of the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia and Muhammad Thalib. Three questions are addressed in this research, namely (1) what translation techniques are used in rendering surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah, (2) what translation methods and ideologies are adopted in translating surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah, (3) what is the impact of translation techniques use on the quality of the translation of surah Yāsin, al-Raḥmān, and al�Wāqiah. This empirical research utilizes a dual case study design of the translation of the al-Qur'an. The data includes all the translation verses of surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah. These data were examined using the concept of the translation technique by Molina and Albir (2002), translation method by Newmark (1998), translation ideology of Venuti (2004), and translation quality by Nababan et al (2012). To obtain data, document observation and focused group discussion were conducted. The data analysis technique adopted a qualitative content analysis of Spradley model modified by Santosa (2017). The research findings indicate several things. First, the translation techniques adopted by the translator's team of the Ministry of Religious Affairs (PKA) and Muhammad Thalib (PMT) are different. In surah Yāsin, PKA applied eighteen (18) translation techniques, while PMT applied thirteen (13). The dominant translation technique used by PKA is established equivalence of 64,92%, while PMT utilized paraphrase translation technique as the dominant translation technique 27.13%. In surah al-Raḥmān, PKA applied fourteen (14) translation techniques which are dominated by 65,32% established equivalence techniques, while PMT applied twelve (12) translation techniques which are also dominated by 34.41% established equivalence. In surah al-Wāqiah, there are fourteen (14) translation techniques of PKA, while PMT applied twelve (12) translation techniques. The established equivalence technique is the dominant translation technique in PKA 64,53% and PMT 45.07%. Second, the translation method applied by PKA and PMT to surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah tends to be different. In surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah, PKA tends to apply communicative-literal translation method. As a result, domestication�foreignization ideology is its translation ideology. On the other hand, PMT applied methods and ideologies that tend to be different. In surah Yāsin and al�Wāqiah, PMT tends to predominantly apply communicative-faithful method and ix communicative method in surah al-Raḥmān. Third, the use of translation techniques by PKA and PMT affects the level of accuracy, acceptability, and readability of the translation. In Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah surahs, the use of literal techniques by PKA affects the average level of accuracy and acceptability, while borrowing techniques affect the average level of acceptance and readability of the target text. On the other hand, the use of discursive creation techniques by PMT affects the average level of text accuracy, while borrowing techniques affect the average level of acceptance and readability of the text in surah Yāsin, al-Raḥmān, and al-Wāqiah. This empirical evidence concludes that first, there are two motives why PKA applied established equivalence and PMT applied paraphrasing as the dominant technique in surah Yāsin. The first motive is based on the basic principles of the translator and the second motive relates to the background of the translators. This phenomenon implies that cross-language translation can be conducted in Quranic translation around the globe because of the differences in socio-cultural, political, and environmental aspects of the translators. Second, the results of the study indicate that the use of translation method that tends to be communicative-literal by PKA and communicative-faithful method by PMT shows a close relationship between translation techniques and translation methods. This close relationship between translation techniques and methods indirectly refute the theory of Al�Qattan, Al-Zahabi, and Al-Zarqani which emphasizes that 'tarjamah harfiyah and tarjamah tafsiriyah' which are classified as translation methods stand alone and are not influenced by other elements. This phenomenon implies that the translation method proposed by the scholars of Ulumul Qur'an cannot be used in analyzing Arabic texts, including Al-Qur'an texts because they are not at the micro-level. Third, the pedagogic implication of this research refers to the expansion of the translation study curriculum which not only describes 'harfiyah and tafsiriyah' translation methods but also other translation theories. Fourth, these findings imply that translating activities are not only a problem of language translation but also a problem of competence with its various variations. Keywords: Translation Ideology; Ministry of Religious Affairs; Translation Method; Muhammad Thalib; Technique of Translation; Quranic Translation.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information: Ideologi Penerjemahan; Kementerian Agama RI; Metode Penerjemahan; Muhammad Thalib; Teknik Penerjemahan; Terjemahan Al-Qur’an.
Uncontrolled Keywords: Ideologi Penerjemahan; Kementerian Agama RI; Metode Penerjemahan; Muhammad Thalib; Teknik Penerjemahan; Terjemahan Al-Qur’an.
Subjects: Ilmu Bahasa
Divisions: E_PUBLICATION
E_PUBLICATION
Depositing User: Andi Nila Nurfadhilah
Date Deposited: 04 Apr 2022 02:40
Last Modified: 04 Apr 2022 02:40
URI: http://digilib.iainkendari.ac.id/id/eprint/3456

Actions (login required)

View Item View Item