RESISTENSI MASYARAKAT PONDIDAHA TENTANG RITUAL BACA AD-DIBA’I DALAM UPACARA PERNIKAHAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM AL-‘URF

Adib Muhammad. NIM. 14020101011, A (2022) RESISTENSI MASYARAKAT PONDIDAHA TENTANG RITUAL BACA AD-DIBA’I DALAM UPACARA PERNIKAHAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM AL-‘URF. Skripsi thesis, IAIN KENDARI.

[img] Text
1 COVER.pdf

Download (1MB)
[img] Text
2 BAB I.pdf

Download (548kB)
[img] Text
3 BAB II.pdf

Download (568kB)
[img] Text
4 BAB III.pdf

Download (437kB)
[img] Text
5 BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (737kB)
[img] Text
6 BAB V.pdf

Download (420kB)
[img] Text
7 DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (434kB)
[img] Text
8 LAMPIRAN.pdf

Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK Adib Muhammad. NIM. 14020101011. Resistensi Masyarakat Pondidaha Tentang Ritual Baca Ad-Diba’i Dalam Upacara Pernikahan Perspektif Hukum Islam Al-‘Urf. Dibimbing oleh: Dr. Muhammad Hadi, M.HI. Penelitian Kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan terjadinya resistensi Ritual baca Ad-Diba’i dalam upacara pernikahan pada masyarakat baik yang pro maupun yang kontra di Kecamatan Pondidaha. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi refleksi informan yang mewakili tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat biasa, baik yang pro baca ad-Diba’i maupun yang kontra. Pengumpulan data menggunakan teknik dept interview dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model deskriptif naratif, pola Miles dan Huberman melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Salah satu tradisi masyarakat di Kecamatan Pondidaha dalam upacara pernikahan adalah melaksanakan ritual baca ad-Diba’i. Bentuk perayaannyapun beragam. Rentetan pelaksanaan ritual baca baca ad-Diba’i diawali dengan Tawasul kepada Nabi Muhammad saw. kemudian diikuti permohonan hajat, kemudian dilakukan pembacaan ad-Dibai dari awal sampai akhir. Sebagian masyarakat juga ada yang mengiringinya dengan irama hadroh atau banjaran. Ritual ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur, menambah keberkahan dan mempercepat terkabulnya segala hajat. Selain itu, dalam pelaksanaannya masyarakat membagikan beberapa bingkisan yang dikenal dengan istilah “berkat”. Hal ini merupakan bentuk sedekah makanan kepada jama’ah yang hadir dalam ritual ini. (2) Pada kasus Pro�kontra yang terjadi mengenai baca ad-Diba’i pada upacara pernikahan di kecamatan Pondidaha, dalam pandangan peneliti resistensinya adalah perbedaan pemahaman mengenai keabsahan ritual baca ad-Dibai yang selama ini berkembang dalam masyarakat muslim kecamatan Pondidaha. Bentuk resistensinya yaitu: (a) Kesenjangan sosial antar masyarakat yang pro maupun yang kontra. (b) Terjadinya kontak fisik. (c) Tidak menghadiri dalam kegiatan pembacaan ad-Diba’i dalam upacara pernikahan bagi masyarakat yang kontra. (3) Resistensi disini tidak menyangkut ideologi sunni-syi’ah, sebenarnya lebih dimaknai sebagai bentuk ekspresi perlawanan budaya yang dilakukan oleh kalangan yang bertujuan untuk menghapus segala bentuk tradisi-tradisi yang tidak difaedahkan dan diamanatkan dalam al-Qur’an dan Hadist sebagai bentuk penyimpangan. (4) Dalam perspektif Hukum Islam mengenai ritual baca ad-Dibai dalam upacara pernikahan pada masyarakat di Kecamatan Pondidaha dapat ditetapkan hukumnya mubah (boleh). Hal ini sejalan dengan kaidah ushul fiqh yaitu asal dari segala sesuatu adalah mubah selagi tidak ada dalil yang melarangnya. Didalam pelaksanaan ritual baca ad-Diba’i ini sejalan dengan nilai�nilai ajaran islam dan termasuk amal shalih, seperti memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad saw., menanamkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw. dikalangan generasi muda, ikatan silaturrahmi semakin erat, memperluas persaudaraan antar sesama, menambah hazanah keilmuan dan yang paling pentingnya adalah syi’ar islam dan pengamalannya. Kata Kunci: Resistensi baca Ad-Diba’i, Upacara Pernikahan ABSTRACT Adib Muhammad. NIM. 14020101011. Resistance of the Pondidaha Community About the Ritual of Reading Ad-Diba'i in the Marriage Ceremony of Al-'Urf Islamic Law Perspective. Supervised by: Dr. Muhammad Hadi, M.HI. This qualitative research aims to describe the occurrence of resistance to the Ad�Diba'i reading ritual in the community, both pro and contra in Pondidaha District. Data was collected through observation, interviews and documentation of informants' reflections representing religious leaders, community leaders and ordinary people, both those who were pro reading ad-Diba'i and those who were contra. Data collection using the technique of the dept interview and documentation study. The data analysis technique used a narrative descriptive model, the Miles and Huberman pattern through three lines, namely data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results showed that: (1) One of the traditions of the community in Pondidaha District in a wedding ceremony is to carry out the ad-Diba'i reading ritual. The form of celebration varies. The series of implementation of the ad-Diba'i reading ritual began with Tawasul to the Prophet Muhammad. then followed by the wish of desire, then the ad-Dibai recitation from beginning to end. Some people also accompany it with the hadroh or banjaran rhythm. This ritual is performed as an expression of gratitude, increases blessings and speeds up the fulfillment of all desires. In addition, in the implementation the community distributed several gifts known as "berkat". This is a form of alms food to the congregation who is present in this ritual. (2) In the case of pros and cons that occurred regarding reading ad-Diba'i at a wedding ceremony in Pondidaha sub-district, in the view of the researcher the resistance is the difference in understanding of the validity of the ad-Dibai reading ritual that has been developing in the Muslim community of Pondidaha district. Forms of resistance are: (a) Social disparities between pro and contra communities. (b) The occurrence of physical contact. (c) Not attending the ad�Diba'i recitation in the wedding ceremony for those who are opposed to it. (3) The resistance here is not related to sunni-syi'ah ideology, in fact it is more interpreted as a form of expression of cultural resistance carried out by groups aimed at eradicating all forms of traditions that are not used and mandated in the Koran and Hadiths as forms. deviation. (4) In the perspective of Islamic Law regarding the ritual of reading ad-Dibai in a wedding ceremony in the community in Pondidaha District, the law can be stipulated. This is in line with the rules of ushul fiqh, namely the origin of everything is permissible, while there are no arguments against it. In the implementation of the ad-Diba'i reading ritual, it is in line with the values of Islamic teachings and includes good deeds, such as increasing prayers to the Prophet Muhammad, instilling love for the Prophet Muhammad. Among the younger generation, the ties of friendship are getting tighter, expanding brotherhood between people, increasing scientific hazanah and most importantly syi'ar Islam and its practices. Keywords: Ad-Diba'i reading resistance, Wedding Ceremony

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Resistensi baca Ad-Diba’i, Upacara Pernikahan
Uncontrolled Keywords: Resistensi baca Ad-Diba’i, Upacara Pernikahan
Subjects: Agama
Budaya Organisasi
Hukum Islam
Sosial dan Budaya Islam
Fiqhi
Hukum
Divisions: Fakultas Syariah > Prodi Al-ahlus Al-Shakhshiyyah
Depositing User: Andi Nila Nurfadhilah
Date Deposited: 22 Apr 2022 06:00
Last Modified: 22 Apr 2022 06:00
URI: http://digilib.iainkendari.ac.id/id/eprint/3561

Actions (login required)

View Item View Item