MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VI SDN 17 MANDONGA

HASLIANTIN, NIM : 10010101 004 (2012) MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VI SDN 17 MANDONGA. Skripsi thesis, IAIN KENDARI.

	Text HALAMAN PERSETUJUAN.doc Download (538kB)
	Text BAB I.docx Download (32kB)
	Text BAB II.docx Download (44kB)
	Text BAB III.docx Download (529kB)
	Text BAB IV.docx Download (76kB)
	Text BAB V.doc Download (35kB)
	Text daftar pustaka.docx Download (20kB)
	Text LAMPIRAN-LAMPIRAN.docx Download (46kB)
	Text SILABUS PEMBELAJARAN.docx Download (16kB)

Abstract

ABSTRAK HASLIANTIN, NIM: 10010101 004, Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas VI SDN 17 Mandonga, Program Studi Kualifikasi Jurusan Tarbiyah melalui bimbingan Dr. H. Nur Alim, M.Pd Rumusuan masalah pada penelitian ini adalah Apakah metode pembelajaran talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pata pelajaran pendidikan agama Islam kelas VI SDN 17 Mandonga Kota Kendari? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pata pelajaran pendidikan agama Islam kelas VI SDN 17 Mandonga Kota Kendari. Metode penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus di mana tiap siklus meliputi perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri 17 Mandonga tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 16 siswa dimana terdapat 12 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan. Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa penerapan metode pembelajaran talking stick dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VI SDN 17 Mandonga pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan materi Iman Kepada Hari Akhir. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan presentase jumlah siswa yang mengalami ketuntasan, dimana pada pada tes awal menunjukan bahwa hanya 7 siswa atau 43,75 % yang mencapai nilai 65. Pada siklus I, siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 10 orang atau sebesar 62,5%, dengan nilai rata-rata keseluruhan siswa 65,9 sehingga ini belum memenuhi ketuntasan secara klasikal. Sedangkan, pada siklus II, jumlah siswa yang mengalami ketuntasan dengan mencapai nilai di atas 65 sebanyak 16 orang atau 100% dengan nilai rata-rata keseluruhan siswa 72,1. Sehingga telah memenuhi indikator ketuntasan secara klasikal.

Actions (login required)

View Item