Lokalitas Islam Dalam Bingkai Nasionalitas; Gerakan Counter-Culture Kiyai Syarif Rahmat Dan Jama'ah Padasuka

Asliah, Zainal, (2015) Lokalitas Islam Dalam Bingkai Nasionalitas; Gerakan Counter-Culture Kiyai Syarif Rahmat Dan Jama'ah Padasuka. Social Trust Fund. (Unpublished)

[img]
Preview
Text
Lokalitas Islam Dalam Bingkai Nasionalitas, Full Paper Dacon 2015.pdf - Submitted Version

Download (156kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Lokalitas Islam dalam Bingkai.pdf

Download (7MB) | Preview

Abstract

Kejatuhan rezim Suharto di era reformasi tidak hanya mengobarkan semangat demokrasi secara sosial, ekonomi, dan politik tetapi juga memunculkan demokrasi beragama sebagai arena kontestasi di antara berbagai macam otoritas keagamaan. Otoritas keagamaan saling berkompetisi di antara rezim, pemimpin agama, dan kategorisasi muslim (Meuleman, 2011; Meredith McGuire, 2004). Otoritas bekerja serupa strategi yang memuat sistem, aturan, susunan dan regulasi yang menjadikan sebuah otoritas keagamaan bekerja secara positif dan produktif. Dalam konteks tersebut, tulisan ini hendak mengkaji bagaimana Kiyai Syarif Rahmat dan jama'ah loyalnya, Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka) melakukan gerakan counter-culture lewat performa, pilihan bahasa, dan konten pengajian. Tulisan ini menggarisbawahi bahwa wacana keagamaan yang dikonstruk Kiyai Syarif Rahmat dan Jama'ah Padasuka adalah bentuk kontrol, bahkan protes sosial terhadap wacana keagamaan yang lebih mengagungkan praktek dan pengamalan Islam yang dibawa oleh orang-orang Arab. Hal ini mengakibatkan munculnya kultus yang berlebihan terhadap sosok-sosok habaib di Indonesia dan semakin tergerusnya sumber-sumber keagamaan lokal yang merupakan praktek Islam itu sendiri. Lewat gerakan counter-culture, Kiyai Syarif Rahmat mengkonstruk wacana keagamaan yang berbasis pada lokalitas dalam bingkai nasionalitas. Dengan otoritas kharisma, Sang Kiyai membangun, melanggengkan, dan merepresentasikan tata aturan, norma, mekanisme, dan tradisi tertentu yang memunculkan jama'ah Padasuka yang loyal, patuh, dan disiplin. Wacana keagamaan yang diperlihatkan Kiyai Syarif Rahmat dan jama'ah Padasuka menunjukan sebuah gagasan modern pada masyarakat urban perkotaan yang tidak hanya memunculkan fenomena kesalehan masyarakat perkotaan, tetapi juga kerinduan akan tradisionalisme dalam bentuk sensitivitas lokal (lokalitas) dan sentimen kebangsaan (nasionalitas). Tulisan ini menegaskan temuan Foucault bahwa otoritas yang melahirkan pengetahuan tidak selamanya memaksa dan menindas, tetapi juga positif dan produktif. Kata Kunci: Counter-culture, Kiyai Syarif Rahmat dan Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga, otoritas keagamaan, wacana dan pengetahuan, lokalitas dan nasionalitas.

Item Type: Article
Subjects: Agama
Sosial dan Budaya Islam
Dakwah
Depositing User: asliyah zain .
Date Deposited: 26 Mar 2019 09:19
Last Modified: 11 Jul 2019 07:24
URI: http://digilib.iainkendari.ac.id/id/eprint/1733

Actions (login required)

View Item View Item